Wednesday, 28 October 2015

LUWENG SAMPANG GUNUNG KIDUL JOGJAKARTA



Sesuai namanya, Luweng sampang terletak di desa Sampang  tepatnya di dusun Karangasem, desa Sampang, Kecamatan Gedangsari, Gunungkidul, Yogyakarta. 

Untuk menuju kesini dari Jogja lebih mudah jika lewat jalan Solo, karena jika lewat Gunungkidul anda akan menempuh jalan naik-turun dan berkelok-kelok. Dari Jogja bisa melewati jalan Jogja-Solo ke arah Stasiun Srowot. Ikuti jalan tersebut menuju arah kecamatan Ganti Warno. Ikuti arah jalan tersebut kira-kira ke arah tenggara nanti anda akan sampai ke desa Sampang ini. Jika anda merasa bingung jangan malu bertanya kepada warga sekitar yang ada disana,


  
Sesampainya di luweng sampang kami segera turun menuju ke bawah sungai. Kita bisa turun ke bawah dengan menuruni luweng sampang atau susur sungai dari bawah. kami memilih untuk susur sungai karena saat itu batuan luweng sampang sedang basah dan licin. Sesampainya di depan Luweng Sampang kami cobba mengambil gambar dan mengamati garis-garis unik bebatuan yang terbentuk entah bagaimana namun yang kami yakinin garis-garis ini terbentuk secara alami.
 

Curug Luweng Sampang ini tidak cukup tinggi, tingginya hanya sekitar 5 meter. Namun Luweng Sampang memiliki keunikan tersendiri yaitu dari garis-garis alami yang terbentuk di bebatuannya mirip seperti di Antelope Canyon, Amerika Serikat atau di film 127 Hours. Namun yang membedakannya adalah warna bebetuannya.





KEDUNG PEDUT (Yogyakarta)



Terpencil dan terletak di dasar lembah dari dua tebing tinggi di pegunungan menoreh Kulonprogo tidak menjadi halangan para piknikers untuk menikmati air terjun dua warnanya Jogja.


Kedung Pedut, nama salah satu air terjun cantik di Kulonprogo, tepatnya di dusun Kembang, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo. Saya bilang “cantik” karena air terjun ini mempunyai dua warna, warna putih jernih dan hijau tosca. Sempat tidak percaya melihat hasil jepretan teman di air terjun tersebut, dua warna mungkin pengaruh editan, ternyata hal tersebut salah. Dua warna pada air terjun ini memang alami begitu adanya. 
Cahaya matahari pagi itu menemani perjalanan saya menuju ke Jogja bagian barat, meninggalkan riuh dan padatnya kota. Melewati jembatan Sungai Progo, pemandangan pun silih berganti dari pemukiman penduduk, sawah terasering hingga perbukitan. Tanjakan demi tanjakan pun kami lewati dengan sedikit rasa was-was ketika jalanan semakin menyempit dengan jurang di sisi kiri atau kanan. Hingga akhirnya kami sampai di gerbang masuk wisata Kedung Pedut yang menjadi tujuan kami kali ini.


Sampai di gerbang masuknya bukan berarti saya bisa langsung menikmati keindahan Kedung Pedut, karena kami masih harus berjalan sekitar 400 meter. Jalanan setapak dari tanah yang sudah dipadatkan ini ternyata cukup membuat ngos-ngosan karena medannya naik turun. Jika berkunjung ke sini, saya sarankan untuk memakai sandal gunung atau sepatu karena jalanan cukup licin jika musim penghujan. Bertemu dengan jalan yang bercabang membuat kami harus memilih, berbelok ke kanan atau kiri. Kami pun memilih belok kiri yang ternyata merupakan jalur melingkar. Sedangkan jika berbelok ke kanan, bisa langsung mencapai Kedung Pedut. Meskipun jalan yang kami pilih lebih jauh, namun pemandangan yang disuguhkan ketika kami melewati jalur ini tak membuat kami menyesal. Seperti pemandangan di sebuah gardu pandang yang kami lewati. Sambil mengatur nafas, kami dibuat terpesona dengan keindahan panorama di bawah bukit. Melihat air berwarna turquois yang mengisi aliran sungai dan kolam-kolam alami di bawah sana membuat rasa lelah kami menguap seketika.




Suara anak-anak muda yang asyik berenang membuat kami tak sabar untuk bergabung. Kami pun bergegas melanjutkan trekking yang kini tak hanya jalan setapak naik turun, namun juga melewati jembatan-jembatan bambu, sebuah sumber mata air bernama Penglarisan dan beberapa kedung lain. Walaupun dikenal sebagai Kedung Pedut, wisata alam yang masih satu aliran dengan Air Terjun Mudal dan Air Terjun Kembang Soka ini memang terdiri dari beberapa kedung lain dengan kedalaman beragam mulai satu hingga empat meter. Sebut saja Kedung Merak, Kedung Merang, Kedung Lanang, Kedung Wedok dan Kedung Anyes. Kedung Wedok yang selama ini juga dikenal dengan nama Kedung Pedut merupakan kolam alami yang paling luas di kompleks wisata alam ini, sekaligus memiliki air terjun tertinggi sekitar 15 meter yang biasanya digunakan untuk water canyon. Kedung ini pula yang sering digunakan untuk mandi atau berenang selain Kedung Anyes.




Lembah dengan aliran sungai dan kedung-kedung berwarna turquois yang terlihat dari gardu pandang dan sepanjang jalur melingkar itu kini berada di hadapan kami. Airnya tampak lebih jernih jika dilihat dari dekat seperti saat ini, bahkan dasar kedung berupa batuan kecil-kecil yang sebagian tertutup endapan kapur pun terlihat dari permukaan. Rasa dingin menyegarkan seketika merambati kaki ketika saya duduk di kursi bambu di pinggir kedung dan menjeburkan kaki kedalamnya. Dari tempat saya duduk, memandang ke sekeliling kedung yang di kelilingi bukit-bukit ini mengingatkan saya pada telaga tempat mandi para bidadari dalam kisah legenda Jaka Tarub. Letaknya yang tersembunyi di antara bukit-bukit membuat kedung-kedung ini terkadang tertutup kabut, terutama Kedung Wedok, sehingga masyarakat sekitar menjulukinya Kedung Pedut, dalam bahasa Jawa pedut berarti kabut.


Tak sekedar kolam-kolam alami untuk berenang, wisata alam yang dibuka sejak 15 Februari 2015 ini lebih mirip water park versi tradisional. Beberapa wahana yang terbuat dari bambu tampak bertebaran di sekitar kedung menggantikan seluncur dan water byur, mulai dari kursi-kursi bambu yang salah satunya saya duduki, jembatan bambu, gardu pandang dari bambu bahkan pancuran bambu. Bermain air dan berenang di kedung yang airnya berasal dari tujuh sumber mata air ini memang seru dan menyenangkan. Seandainya terdapat ikan yang menemani kita berenang di kedung-kedung ini, mungkin akan lebih mengasyikkan.

Thursday, 22 October 2015

AIR TERJUN SRI GETHUK (YOGYAKARTA)


Kabupaten Gunungkidul dikenal sebagai kawasan yang tandus dan sulit air. Hal ini dikarenakan kawasannya tersusun dari batuan gamping atau karst sehingga sulit menyimpan air. Namun dibalik semua itu tanahnya yang kering dan tandus Gunungkidul menyimpan aneka potensi wisata yang membuat banyak orang berdecak kagum ketika berkunjung ketempat yang satu ini yaitu Air Terjun Sri Gethuk
 
Air Terjun Sri Gethuk Tersembunyi di antara tebing-tebing karst, air terjun yang berasal dari mata air yang tak pernah kering ini mengalir dengan indah. Gemericik airnya lantas mengalir menuju Sungai Oya yang tampak mengular membelah tanah tandus Gunungkidul.

Air Terjun Sri Gethuk mulai dipromosikan sebagai salah satu wisata alternatif Gunungkidul selain pantai atau wisata lainnya pada tahun 2010. Sejak saat itu, pesona tempat ini semakin melejit di kalangan wisatawan. Sri Gethuk memang mempesona. Air terjun ini terletak di tepi Kali Oya, sehingga wisatawan yang ingin mengunjunginya harus naik perahu tradisional yang disediakan pengelola.
 
Perjalanan menyusuri Sungai Oya sendiri sudah sangat menarik. Sepintas pemandangannya mirip di Green Canyon Jawa Barat, dimana sungai yang mengalir jernih diapit oleh tebing-tebing karst yang tinggi. Sesampainya di kaki air terjun wisatawan akan disambut dengan tumpukan batuan alami yang begitu indah dan alami.


 

Waktu Kunjungan Terbaik

Agar anda tidak kecewa hendaknya anda memilih Waktu terbaik untuk melakukan kunjungan ke Air Terjun Sri Gethuk adalah saat musim kemarau, sebab air sungai terlihat jernih dan indah. Jika ingin melihat pelangi, wisatawan disarankan datang selepas pukul 12 siang saat matahari sudah mulai bergeser ke arah barat. Supaya bisa menikmati keindahan Sri Gethuk secara maksimal, datanglah saat weekday dan bukan saat liburan. Selain bermain di air terjun, wisatawan yang berkunjung ke Sri Gethuk juga bisa melakukan beragam aktivitas seperti river tubing, cliff jumping, atau canyoning.

Lokasi dan Akses Sri Gethuk

Air Terjun Srigethuk terletak di Desa Wisata Bleberan, Kecamatan Playen, Gunungkidul, DIY. Lokasinya tidak terlalu jauh dari salah satu obyek wisata alam nan bersejarah, Gua Rancang Kecono. Akses menuju tempat ini terbilang mudah sebab sudah ada petunjuk arah hingga Desa Bleberan.

Tiket Masuk Sri Gethuk

Untuk menikmati keindahan alam Air Terjun Sri Gethuk wisatawan wajib membayar tiket masuk sebesar Rp 7.000 / orang. Tiket tersebut sudah termasuk tiket terusan mengunjungi Gua Rancang Kencono. Sedangkan tarif naik kapal menyusuri Sungai Oya sebesar Rp 10.000 per orang.

Selamat Berkunjung di YOGYAKARTA ... :)
 

Monday, 19 October 2015

PEMANDIAN ALAMI SLEMAN BLUE LAGOON (YOGYAKARTA)


Blue Lagoon merupakan mata air atau kedung dengan hamparan air jernih biru kehijauan. Pemandangan yang indah dan tempatnya yang nyaman menjadikan pemandian alami ini menjadi tujuan liburan akhir pekan wisatawan dari berbagai tempat.


Nama resmi pemandian ini adalah Pemandian Setia Budi. Namun karena airnya yang jernih dan berwarna kebiruan, anak-anak muda yang kerap berkunjung ke kawasan ini pun menyebutnya Blue Lagoon. Pemandian ini berbentuk ceruk atau kedung dengan bebatuan alami di sekitarnya. Di salah satu sisi pemandian terdapat bendungan kecil yang bisa digunakan berseluncur menggunakan ban sewaan. Jika memiliki nyali, wisatawan pun bisa melompat dari ketinggian atau melakukan backflip. Air kedung yang dalam membuat aktivitas ini cukup aman dilakukan.

Berenang atau berendam di kolam tatkala suhu udara memanas tentunya menjadi hal yang sangat menyenangkan. Apalagi jika air dari kolam tersebut berasal dari mata air alami yang mengalir sepanjang tahun tanpa henti. Ya, kini kenikmatan itu bisa Anda dapatkan di Blue Lagoon, sebuah pemandian alami yang mulai popular di kalangan wisatawan.



Selain berenang dan berendam di segarnya mata air alami yang dikeliling pepohonan, wisatawan juga bisa mencoba terapi pijat dengan berdiri di bawah pancuran. Guyuran air yang mengenai tubuh akan membuat badan lebih segar. Bagi yang tak ingin bermain air, wisatawan bisa menikmati sejuknya alam dari gazebo-gazebo yang ada di sekitar pemandian.

Meskipun tergolong obyek wisata baru, fasilitas yang ada di kawasan ini sudah cukup memadai. Mulai dari tempat parkir yang cukup luas, mushola, kamar mandi/wc, tempat penitipan barang, warung, hingga homestay, semuanya sudah tersedia di kawasan ini. Jadi tunggu apa lagi? Yuk berkunjung ke Blue Lagoon Van Sleman.

Tips Menuju Blue Lagoon
Pemandian Blue Lagoon ini terletak di Desa Dalem, Widodomartani, Ngemplak, Sleman. Akses menuju tempat ini tergolong mudah. Dari pusat Kota Jogja, wisatawan cukup menyusuri Jalan Kaliurang. Sesampainya di pertigaan Besi – Jangkang (Jalan Kaliurang Km 13), silahkan belok kanan dan ikuti jalan raya hingga Pasar Jangkang. Dari pertigaan Pasar Jangkang ambil arah kanan sekitar 100 meter dan ikuti petunjuk arah yang menuju Blue Lagoon.

Untuk menikmati sensasi bermain air atau sekedar masuk ke kawasan Blue Lagoon, wisatawan cukup merogoh kocek sebesar Rp 2.000. Murah sekali bukan? Tempat ini buka setiap hari dari pukul 07.00 WIB hingga senja menjelang.

Bagi anda yang sudah pernah berkunjung ke tempat ini, pasti akan kembali berkunjung karena pesona alamnya yang begitu alami.

AIR TERJUN DALAM TANAH GUA CERME



Salah satu gua yang terletak di kota Yogyakarta yang menyimpan kecantikan alami dan mudah untuk dikunjungi adalah Gua Cerme. Secara geografis gua ini terletak di dua wilayah. Mulut gua terletak di Dusun Srunggo, Selopamioro, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Sedangkan pintu keluar gua masuk dalam kawasan Ploso, Giritirto, Panggang, Gunungkidul. Untuk menyusuri gua ini dari pintu masuk hingga pintu keluar wisatawan memerlukan waktu sekitar 1,5 hingga 2 jam.

Bentang alam karst yang terletak di kawasan selatan Yogyakarta menjadikan tempat ini menyimpan banyak gua baik gua vertikal (luweng) maupun gua horizontal. Gua-gua tersebut dihiasi dengan beragam ornamen alami yang indah seperti stalagtit dan stalagmit dalam berbagai bentuk yang tidak pernah bisa anda temukan di permukaan bumi.

Gua Cerme memiliki panjang sekitar 1,5 km dan dialiri sungai bawah tanah. Ornamen di dalam gua terbilang cukup lengkap dan masih terawat dengan baik. Wisatawan yang menyusuri gua ini bisa menyaksikan aneka stalagtit dan stalagmit berbentuk sodastraw, flowstone, moonmilk, pilar hingga stalagtit berwarna putih cemerlang laksana kristal.

Selain ornamen gua yang indah, mendekati ujung perjalanan wisatawan akan dimanjakan dengan pemandangan air terjun yang sangat indah. Saat musim hujan, aliran air terjun ini sangat deras. Meskipun ukurannya mini, air terjun di dalam gua ini merupakan fenomena alam yang sangat menarik untuk diabadikan dalam gambar. Biasanya wisatawan akan berhenti di air terjun ini dan kembali ke mulut gua. Namun jika Anda seorang petualang sejati, Anda wajib melanjutkan perjalanan naik ke air terjun ini supaya bisa sampai di pitu keluar gua.



Tips Berwisata ke Gua Cerme
Bagi anda atau wisatwan yang ingin bertualang menyusuri Gua Cerme, berikut ini ada beberapa tips yang akan membuat petualangan kalian semakin asyik:

  • Kenakan kostum yang nyaman dan mudah kering. Sebisa mungkin gunakan celana panjang dengan bahan non jeans.
  • Berhubung medan yang dilalui adalah gua basah maka sebaiknya gunakan sepatu boot. Jika tidak ada sepatu boot wisatawan bisa menggunakan sepatu biasa asal tidak bertelanjang kaki.
  • Demi keamanan kenakanlah helm caving sebagai pelindung kepala.
  • Wisatawan yang membawa kamera disarankan untuk membawa kanebo dan drybag sebab air yang mengalir dan menetes dari stalagtit bisa membasahi kamera Anda.
  • Jangan lupa membawa senter sebagai alat penerang.

Selamat Berkunjung ke Gua Cerme Yogyakarta  ya.... :)



Wednesday, 7 October 2015

WISATA ALAM KEDUNG PEDUT


Kedung Pedut merupakan perpaduan antara air terjun dengan kolam-kolam alami berwarna hijau yang begitu indah. Di water park alami ini wisatawan bisa bermain air sepuasnya bahkan kita bisa melompat dari tumpukan batu-batu maupun jembatan bambu, byuuuur!

Kedung Pedut, Water Park Alami

Lokasi ini menjadi tujuan warga setempat bahkan dari berbagai kota untuk berlibur air di water park dengan beragam wahana yang menantang nyali akan menjadi pengisi liburan yang sangat berkesan. Namun bagaimana jika water park tersebut adalah water park alami yang airnya mengalir dari air terjun setinggi 15 meter? Tentu saja ini lebih menantang dan menyenangkan. Kedung Pedut yang terletak di kawasan Perbukitan Menoreh menyajikan petualangan tersebut.
Dalam bahasa jawa kata kedung bermakna kolam atau genangan air yang cukup dalam. Kedung Pedut adalah obyek wisata baru yang menyajikan perpaduan air terjun dan juga kedung dengan air berwarna biru kehijauan nan indah. Tidak hanya satu kedung, di kompleks wisata alam ini terdapat beberapa kolam alami dengan kedalaman bervariasi mulai satu hingga empat meter. Masing-masing kolam memiliki nama sendiri-sendiri, dan Kedung Pedut adalah kolam dengan ukuran paling besar sehingga dijadikan nama obyek wisata ini. Air yang mengisi kolam-kolam ini berasal dari air terjun Kedung Pedut.
Dari kejauhan kolam-kolam air yang bertumpuk-tumpuk ini berwarna toska. Wisatawan bisa menyaksikan keindahannya dari gardu pandang yang ada di ketinggian. Untuk semakin mempercantik tempat wisata ini, pengelola telah membangun berbagai sarana seperti kursi-kursi, gardu pandang, jembatan, serta pancuran yang semuanya terbuat dari bambu. Wisatawan pun bisa berlarian di atas jembatan bambu yang melintang di atas kedung kemudian melompat ke dalam air, byuuur! Sungguh menyenangkan. Mandi di pancuran dari tujuh sumber mata air pun akan memberikan kesegaran tersendiri. Berhubung tempat ini alami dan bebas dari kandungan kaporit maka bisa dipastikan tidak akan membuat kulit kering atau mata pedih meski berlama-lama berendam.

Lokasi dan Cara Menuju Kedung Pedut

Kedung Pedut terletak di Dusun Kembang, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kulonprogo. Untuk mencapai tempat ini wisatawan dapat melewati rute Jalan Godean – Perempatan Nanggulan – Pasar Kenteng – Kecamatan Girimulya – Pasar Jonggrangan – Pertigaan Gua Kiskendo belok kiri – Pertigaan Grojogan Mudal belok kiri – Pertigaan Kembang Soka belok kiri. Untuk menikmati kesegaran water park alami ini wisatawan cukup membayar biaya retribusi sebesar Rp 3.000. Selamat berkunjung di Kedung pedut ya?.... :)

Wisata Alam Yogyakarta Hutan Pinus Mangunan



Hutan Pinus mangunan

Jika anda berkunjung ke jogjakarta, anda wajib mengunjungi tempat wisata yang satu ini, yupp...bener, Hutan Pinus Maguna yang mana sinar mentari pagi menelusup dari celah-celah pucuk pinus, membiaskan garis-garis keemasan yang indah. Cahyanya lantas terpantul pada embun yang masih tersisa di dedaunan, menciptakan kabut tipisa yang indah. Itulah gamabran yang terekam ketika Anda berkunjung ke Hutan Pinus Mangunan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Hutan Pinus Imogiri.
Ribuan pohon pinus berdiri dengan tegak laksana prajurit yang berbaris dengan teratur di kawasan seluas 500 Ha. Saat angin bertiup, akan terdengar harmoni alam yang berasal dari dersik daun-daun. Aroma khas hutan pinus pun menguar dengan tajam. Tak heran jika banyak pengunjung yang jatuh cinta dengan kawasan ini dan berkunjung untuk menikmati suasananya yang khas.
Hutan Pinus Mangunan tidak hanya menjanjikan ketenangan bagi jiwa. Tempat ini juga menawarkan view yang cantik untuk diabadikan dalam jepretan kamera, tak heran jika akhirnya Hutan Pinus Mangunan menjadi salah satu spot hunting foto favorit. Bukan hanya wisatawan yang ingin selfie, pasangan yang hendak menikah pun banyak yang menjadikan tempat ini sebagai setting foto prewedding mereka. Dengan sudut pengambilan gambar yang tepat, foto-foto berlatar hutan pinus nan rimbun ala-ala setting film Hollywood pun bisa didapat. Bagi wisatawan yang menyukai petualangan, Anda bisa trekking mengikuti jalur outbond Wartu Abang menuju sumber mata air Bengkung yang dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai lokasi pertapaan Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Lokasi dan Harga Tiket Masuk

Hutan Pinus Mangunan terletak di Desa Dlingo, Mangunan, Bantul. Tidak ada tiket masuk yang perlu dibayar. Wisatawan hanya perlu membayar biaya parkir sebesar Rp 3.000 untuk motor dan Rp 10.000 untuk mobil, cukup murah bukan? selamat menikmati wisata alam Hutan Pinus mangunan

Cara Menuju Lokasi Hutan Pinus Mangunan

Dikarenakan tidak ada transportasi publik yang melayani rute hingga kawasan hutan pinus maka wisatawan disarankan untuk membawa kendaraan pribadi. Dari Yogyakarta bisa mengambil rute Terminal Yogyakarta – Jalan Imogoro Timur – Pertigaan Imogiri belok ke arah Makam Raja-raja Imogiri – Mangunan – Hutan Pinus Mangunan. Jika anda kesini dalam perjalanan pulang anda juga bisa mampir ke kuiner khas Imogiri atau Bantul yaitu Sate klathak Imogiri. Patut dicoba! dan selamat berlibur.. :)